Ilustrasi
Save Our Music, stiker bundar dengan warna dasar merah itu menyolok mata tertempel di sleeve sebuah CD. Tak hanya satu melainkan dari seluruh CD yang terpajang di rak mempunyai label stiker yang sama. timbul pertanyaan dibenak kita, ada apa dengan industri musik saat ini?
Seiring perkembangan zaman, industri musik dan perilisan pun juga beradaptasi. Mulai dari zaman plat piringan hitam yang berubah menjadi tape dan bertransformasi ke CD dan kini menjadi free download atau MP3. Kita seakan diberi kemudahan untuk bisa mengakses atau mendengarkan band atau penyanyi idaman kita.
Namun maraknya era digital hari ini, juga mempunyai dampak buruk kepada para musisi. Mereka berusaha mati-matian agar karyanya tidak dibajak. Sedangkan di luar sana, para pendengar bebas mengunduh secara ilegal tanpa mempedulikan nasib musisi.
Banyak band yang mengeluhkan hal ini. Mereka merasa pesimis untuk bertahan dengan bandnya. Terlebih industri musik yang saat ini seakan mengalami stagnan membuat mereka harus merogoh kocek sendiri bagi bandnya.
Sosok album sendiri masih menjadi patokan sebuah band dalam berkarya dan kini kehadiran album fisik yang tergantikan dengan format digital. Banyak pula band yang harus bubar atau bertahan namun sedikit kolaps.
Seperti halnya band pengusung alternatif rock, Pas Band yang mengungkapkan jika mereka saat ini bertahan atas permintaan fans. Sebelumnya Pas Band pernah mencetuskan untuk membubarkan diri. Mereka sendiri mengaku merasa dilema melihat industri musik saat ini.yang mereka nilai tidak sehat.
"Karena dengan industri musik yang lagi nggak sehat ini, kita butuh banyak pengeluaran juga untuk terus eksis," ujar Yuke saat usai tampil di Java Rockin Land.
Nasib serupa juga sama dialami oleh musisi luar negeri. Disturbed mengungkapkan jika industri musik metal sekarat karena banyaknya free download. Wajar saja,sebagai musk yang mempunyai pangsa segmented dan mengandalkan dari album serta tampil membuat mereka bekerja ekstra keras.
Dan semua musisi baik indie maupun major dari berbagai genre pun mengalami hal yang sama. Akankah kita harus kehilangan band potensial dan mempunyai karya baik setiap harinya? (kpl/faj)
Seiring perkembangan zaman, industri musik dan perilisan pun juga beradaptasi. Mulai dari zaman plat piringan hitam yang berubah menjadi tape dan bertransformasi ke CD dan kini menjadi free download atau MP3. Kita seakan diberi kemudahan untuk bisa mengakses atau mendengarkan band atau penyanyi idaman kita.
Namun maraknya era digital hari ini, juga mempunyai dampak buruk kepada para musisi. Mereka berusaha mati-matian agar karyanya tidak dibajak. Sedangkan di luar sana, para pendengar bebas mengunduh secara ilegal tanpa mempedulikan nasib musisi.
Banyak band yang mengeluhkan hal ini. Mereka merasa pesimis untuk bertahan dengan bandnya. Terlebih industri musik yang saat ini seakan mengalami stagnan membuat mereka harus merogoh kocek sendiri bagi bandnya.
Sosok album sendiri masih menjadi patokan sebuah band dalam berkarya dan kini kehadiran album fisik yang tergantikan dengan format digital. Banyak pula band yang harus bubar atau bertahan namun sedikit kolaps.
Seperti halnya band pengusung alternatif rock, Pas Band yang mengungkapkan jika mereka saat ini bertahan atas permintaan fans. Sebelumnya Pas Band pernah mencetuskan untuk membubarkan diri. Mereka sendiri mengaku merasa dilema melihat industri musik saat ini.yang mereka nilai tidak sehat.
"Karena dengan industri musik yang lagi nggak sehat ini, kita butuh banyak pengeluaran juga untuk terus eksis," ujar Yuke saat usai tampil di Java Rockin Land.
Nasib serupa juga sama dialami oleh musisi luar negeri. Disturbed mengungkapkan jika industri musik metal sekarat karena banyaknya free download. Wajar saja,sebagai musk yang mempunyai pangsa segmented dan mengandalkan dari album serta tampil membuat mereka bekerja ekstra keras.
Dan semua musisi baik indie maupun major dari berbagai genre pun mengalami hal yang sama. Akankah kita harus kehilangan band potensial dan mempunyai karya baik setiap harinya? (kpl/faj)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar