Ditempat lain tak jauh dari tempat latihannya team 7, Hinata menangis seorang diri. Sakura yang sedang berpacaran dengan Sasuke mendengar tangisan Hinata. Dia lalu mengajak Sasuke ke arah sumber tangisan itu.
"Sasuke-kun bukannya itu Hinata?" bisik Sakura.
"Hnn benar, dia adalah Hinata" jawab Sasuke.
"Ayo kita ke sana, dia pasti lagi punya masalah" Sakura menarik lenganya Sasuke ke tempat Hinata menangis.
"Hinata, ada apa? Kenapa kamu menangis?" Sakura mendekati Hinata dan duduk di depan Hinata.
Hinata memandang Sakura sejenak, lalu memeluk Sakura "Ohh Sakura" Hinata menangis di pundak Sakura.
"Ada apa Hinata? Apa kamu ditolak sama Naruto? Biar kuhajar dia agar dia mau menerima kamu" Sakura menebak permasalahan Hinata.
"Bukan-bukan itu Sakura-san. Ayah memaksakan aku untuk menikah tapi aku belum siap. Alasan aku belum siap adalah Naruto belum tahu tentang perasaan aku" Hinata menjawabnya dengan isakan tangis.
"Berarti kamu akan menikahi Naruto gitu, berarti keinginan kamu tercapai. Iyaa dong, tapi kenapa kamu menangis?" Sakura masih bingung tentang permasalahan Hinata.
"Sakura-san bukan itu maksud perkataanku. Naruto adalah seseorang yang aku harapkan untuk menjadi pedampingku, tetapi aku belum mengutarakan perasaanku kepadanya. Ayahku ingin menjodohkan aku dengan pria lain. Sakura, aku tidak mau dijodohkan" Hinata makin mengeratkan pelukannya ke Sakura.
Melihat temannya menangis seperti ini Sakura tidak tahan melihatnya. Dia membelai rambut Hinata agar Hinata dapat tenang.
"Hinata, kamu ingn menikah dengan Naruto?" Sakura bertanya serius.
"Mmm" Hinata mengangguk.
"Baiklah aku coba membantu kamu ya. Sekarang kamu tenang dulu. Kamu coba menahan selama mungkin agar ayah kamu tidak menjodohkan kamu. Kamu bisa?"
"Aku akan mencobanya" Hinata melepaskan pelukannya "Sakura aku mengandalkanmu".
Sakura tersenyum "Sekarang kamu pulang dan beristirahat ya".
"Trims Sakura-san" Hinata beranjak dari tempat itu kembali pulang ke Mansion Hyuuga.
Apartemen Naruto
Naruto tidur memeluk guling kebanggaannya. Pemuda yang sedang bermalas-malasan karena tidak ada misi hari itu. Keanggotaannya sebagai ANBU belum lama dia dapatkan. Sebenarnya dia tidak ingin menjadi ANBU. Alasan dia masuk ANBU, karena untuk menjadi Hokage syaratnya adalah pernah berpengalaman di dalam keanggotaan ANBU. Oleh karena itu dia mendaftar ANBU.
Tidurnya yang tenang, seolah-olah tidak menyadari tentang hal yang akan terjadi. Memang sih dia tidak mengetahui sesuatu yang akan terjadi. Ketika sedang asyik tidur, sebuah ketukan yang pelan membangunkannya.
"Sebentar" Naruto berjalan menuju ke pintu.
"Hai Naruto" sapa Neji.
"Neji, tumben kemari. Ada misi ya? Sebentar saya akan berpakaian dulu" Naruto menjawabnya dengan malas.
"Hmm, Naruto kumpulkan dulu nyawamu. Aku ke sini bukan untuk menyampaikan misi, tapi ada seseorang yang ingin bicara dengan kamu" Neji menyampaikan maksud kedatangannya.
"Hah, siapa?" tanya Naruto.
"Silahkan Hiashi sama" Neji mempersilahkan Hiashi untuk bertemu Naruto.
"Uzumaki, apa kita membicarakan di pintu masuk? Apa itu sopan? Apa kami tidak diperkenankan masuk ke dalam apartemen kamu?" Hiashi rada kesal atas sifat Naruto.
"Ohh maaf Hiashi sama. Silahkan masuk" Naruto mempersilahkan Hiashi masuk dan menunjukkan ke ruangan tamu.
"Oh ya mau minum apa Hiashi sama?" tanya Naruto sopan.
"Apa saja boleh" jawab Hiashi.
"Naruto jangan berikan air yang aneh-aneh" kata Neji.
Neji pernah mempunyai pengalaman tentang hal buruk dengan Naruto. Pernah suatu hari Naruto menyamar menjadi seorang pelayan di warung makan dan Neji menjadi pemilikwarung makan itu. Ketika ada seorang pelanggan meminta segelas air teh. Naruto memberikannya air berwarna coklat seperti air teh. Ketika diminum, orang itu mendadak koma. Untung saja tidak mati. Ketika ditanya ait apa itu, Naruto menjawab air putih ditambah dengan tanah liat jadi air teh.
"Tenang saja air ini halal dan bersih kok" jawab Naruto dengan senyuman.
Naruto berjalan ke arah dapur dan menuangkan cairan sirup orange ke gelas yang telah disediakan, kemudian diisi dengan air putih. Ketiga gelas itu diletakkan ke nampan yang disediakan. Lalu dibawanya ke ruang tamu.
"Silahkan Hiashi sama dan Neji-san, diminum airnya" kata Naruto.
'Hmm, anak ini sudah berubah. Tidak menunjukan kekanak-kanakan lagi' pikir Hiashi.
"Saya minum ya, Uzumaki" kata Hiashi.
Hiashi mulai meminumnya. Tiba-tiba matanya merem dan melek "Uzumaki ini masih terasa asam, cepet ambil air putih lagi sana" Hiashi memerintahkannya.
"Eh, iya sebentar Hiashi sama" Naruto segera mengambil sebotol air putih dingin dan memberikannya ke Hiashi.
Hiashi tanpa malu-malu meminum air putih tersebut dari botolnya.
"Ahhh leganya" gumam Hiashi "Uzumaki, kamu menakarnya tidak sih?".
"Apanya Hiashi sama?" tanya Naruto.
"Maksud Hiashi sama, kamu menuangkan sirupnya dengan takaran apa tidak?" Neji yang belum sempat meminum menjelaskannya sambil menahan ketawa.
"Memangnya harus ya? Maaf saya bercanda Hiashi sama. Saya menggunakan takaran kok. Yang saya baca di majalah untuk membuat jus, takarannya adalah setengah dari isi gelas" Naruto menjelaskan.
"Bodoh kamu. Itukan kalau membuat jus dengan ukuran satu teko besar" Neji membertahukan.
"Ma-maaf" kata Naruto merasa bersalah.
'Waduh bisa bahaya keturunan Hyuuga kalau dia jadi menantu' pikir Hiashi.
'Naruto bodoh, di depan calon mertua lagi… hhhhh gemes gw' pikir Neji.
"Oh iya, sebenarnya kedatangan Hiashi sama ke tempat saya ada apa ya?" Naruto menatap serius ke Hiashi.
"Maaf Hiashi sama saya yang menjelaskan apa anda yang akan menjelaskan?" tanya Neji.
"Saya saja yang menjelaskannya Neji. Uzumaki, saya mau menanyakan apa pendapat kamu tentang putri saya yang bernama Hyuuga Hinata?" Hiahi mulai serius dengan pertanyaannya.
"Mmm, saya mesti jawab jujur atau jawab apa adanya" Naruto balik bertanya ke Hiashi.
"Jujur" Hiashi mulai kesal.
"Baiklah. Menurut saya Hinata adalah seorang wanita yang aneh, pendiam, penakut dan pemalu" Naruto mengambil nafas.
'Bodoh kenapa jujur banget sih' pikir Neji yang mulai merasakan hawa yang tidak mengenakan.
'Apa? Anakku dibilang seperti itu' Hiashi menahan amarahnya.
"Tapi dia adalah seseorang wanita yang sangat baik, berjiwa penolong, cantik, suka bekerja keras, tidak pernah mengeluh, sopan, manis dan masih banyak lagi. Cuma itu jawaban yang saya bisa utarakan ke Hiashi sama" Naruto menatap ke Hiashi.
"Apa kamu punya perasaan dengannya?" Hiashi mulai memancing Naruto.
"Ng, maksudnya Hiashi sama?" Naruto bertanya.
"Kamu menyukai Hinata sama apa tidak?" Neji menjelaskan maksud Hiashi.
"Oh, saya suka dengan dia" Naruto menjawab singkat.
"Neji sepertinya kita sudah punya informasi yang cukup. Uzumaki, saya pulang dulu. Besok kamu harus ke rumah. Ingat HARUS" Hiashi mempertegas.
"Ba-baik Hiashi sama" Naruto mengantarkan kedua tamunya ke pintu apartemen.
"Waduh hari ini lebih mengerikan dari hari-hari saat aku mengerjakan misi" gumam Naruto setelah melihat kedua tamunya pergi.
Apa yang akan terjadi selanjutnya… baca terus ceritanya…
Gw selalu menantikan review kalian….
Review this Chapter |